Seandainya music itu haram
** Nyayian menyambut Rasulullah **
Siapa bilang Islam mengharamkan "musik"? Bukankah Rasulullah di-sambut dengan nyanyian yg diiringi gendang (daf) ketika memasukikota madinah pada peristiwa hijrah. Dan beliau tidak melarangnya.Kemudian lagi banyak perayaan di zaman Rasulullah yg memperde-ngarkan nyayian/musik sejenis ini. Nabi s.a.w bahkan pernah mem-pertayakan kepada Aisyah r.a, kenapa tidak ada yg menyanyi meng-hibur dalam pesta perkawinan seorang anshar. Silahkan mengacu ke-pada literatur yg terkenal oleh syekh Yusuf Qardhawi: "Halal danHaram dalam Islam". Atau coba simak kembali karya monumentalImam Al-Ghazali: "ihya ulumuddin" tentang topik ini.
Terjemahan bhs Inggris dari buku syekh Y.Qardhawi (The Lawful andForbidden in Islam) tidak mencantumkan dgn jelas alat musik yg dilarang, tapi terjemahan bhs indonesianya seingat saya mencantumkandgn jelas jenis instrument yg tdk dibolehkan. Dan boleh dikata hampir semua jenis musik yang biasa kita dengar sekarang, menggu-nakan alat musik yg tidak direkomendir. phew!
Jadi, ada jenis musik (alat musik) dibolehkan dan ada juga yg di-larang. Ada saat dimana hiburan itu dianjurkan ada oleh Nabi saw.Tapi tulisan ini bukanlah dimaksudkan untuk membahas masalahfiqh atau halal haram, dan saya rasa kita pun tdk cukup kompetentuntuk menyanggah fatwa2 ulama dan hadist yg ada. Yang barangkali menarik disini adalah melihat bagaimana sikap kita terhadaphukum-hukum halal-haram yg banyak ditemukan dlm Qur'an dan hadist-hadist, misalnya tentang musik ini?
** Mencari "ulama" yg membolehkan musik **
Merasa salah satu kesenangan dan kebutuhan pokoknya ter-ancam, banyak yg balik menyerang dan mulai mempertanyakan kredi-bilitas kyai dan ulama-ulama yang mengemukakan pengharaman atau minimal memakruhkan jenis musik yg ramai diminati sekarang ini.Ada yg menantang untuk menunjukkan dalilnya jika betul musik kla-sik itu dilarang. Ada juga yang berkilah, menurut kyai anu dari pondok pasantren X, musik seperti itu dibolehkan. Ya Memang, ja-ngankan musik, kita bahkan bisa mendapatkan "kyai" yg mau mengha-lalkan SDSB. Atau Bang fulan misalnya, yg dianggap "tokoh" islammalah menganjurkan kita mendengarkan musik klasik. Ada lagi ketuaumum organisasi islam kesohor dan bergelar kyai haji, beliau ka-tanya setiap pagi jogging sambil mendengarkan "pantun-pantun" da-ri michael jackson. :). Dan sederet lagi nama2 beken yg disebutuntuk menggoyang ketentuan tentang musik itu.
Apakah kita berani mensejajarkan fatwa "ulama2" dan "kyai2" itudengan syekh Y. Qardhawi misalnya, ulama yg diakui kefaqihannya didunia, atau dengan Imam Al-Ghazali, atau ulama2 salaf, paraimam mazhab yg sejak dulu belum ada yg mengubah aturan tentangjenis alat musik yg dibolehkan ini. Yang terjadi malah memperke-tat aturan ttg musik ini (Wahabi).
Lalu bagaimana dgn cerita tentang pengarang buku Fiqush Sunnahitu ?? Memang benar Syekh Muhammad Al-Ghazali mengkritik keka-kuan aliran wahabi. Tapi jangan dulu terburu-buru mengambilkesimpulan bahwa musik klasik itu dibolehkan. Karena yg didengaroleh beliau waktu itu bisa dipastikan adalah nasyid nasyid ygmembangkitkan semangat keislaman, yg mengajak untuk mendekatkandiri kepada Allah. Cerita tersebut adalah kasus klasik antaraorang mesir dan orang saudi. Orang mesir menyenangi hiburan se-dangkan saudara kita dari saudi terkenal dgn ketat dalam masalahnyanyian dan musik ini. (Hasil gerakan Wahabi?)
Apakah benar musik mempunyai pengaruh buruk terhadap keimanankita ?. Tidak perlu kita membahas bagaimana isi syair2 musikRinto Harahap misalnya yg bisa menyebabkan kita syirk terhadapAllah. Bukankah kita masih bisa menikmati musik instrumental yang tanpa kata itu ?.
Ambil contoh misalnya Br. Nasser Qaderi dari Boston Universityyg banyak menghafal ayat-ayat Al-Quran itu berkomentar di s.r.i (06/08) :"Suatu ketika saya menjadi pendengar musik yg setia. Saat itusaya sangat kesulitan untuk menghafalkan Qur'an. Bahkan lebihdari itu, saya mulai lupa atau setidak-tidaknya sulit untukmengingat hafalan qur'an saya.Dan musik yang saya dengar bukanlah musik jelek, bukan musikkelas rendah tapi musik klasik seperti yang sering dijadikanpengiring film kartun. Apa yang ingin saya kemukakan disiniadalah, musik dan Quran tidak bisa berada dalam satu hati !."
Wallahu 'alam bissawab jika memang musik itu bisa membuat kitamelupakan Al-Quran. Tapi yg jelas Allah menganjurkan kita ber-zikir untuk menentramkan hati kita, jika kita termasuk merekayg selama ini mendengarkan musik untuk mencapai ketenangan danketenteraman jiwa.
" (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi ten-teram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan meng-ingati Allah-lah hati menjadi tenteram. QS 13:28
** Musik Suku Primitif **
Seandainya, memang hanya gendang yang dibolehkan, bukankah musik itu menjadi sangat monoton primitif dan membosankan?.Memang tidak mudah jika kita sudah terlanjur menikmati ber-bagai macam bunyi yg ada pada musik sekarang ini. Atau mungkin kita perlu bertanya kepada suku Dani di Irian Jaya misalnya,apakah gendang dan nyayian mereka tidak cukup untuk menggem-birakan mereka?. Tidak cukup untuk menghibur jiwa mereka,melepas lelah dan menyalurkan expresi seni mereka?
Penggemar group musik seperti Alphaphile atau A-HA mungkin bisaberkilah :" Hey ...jenis musik yg saya sukai ini belum ada dizamanRasulullah, sekarang zaman synthesizer dan belum ada hadistnya ttgsynthesiser ini" :-). Dan masih banyak alasan2 lain yg dapat dike-mukakan. Seperti ketika bangsa Yahudi diperintahkan untuk menghor-mati hari sabtu untuk ibadah semata, dan mereka punya seribu satu cara untuk mengelak dari perintah Allah itu dan tetap menangkap ikan yg selalu muncul di hari ibadah itu. (QS 2,4,7).
Saya tertarik untuk ikut urun rembuk dalam masalah ini.Sebelumnya terima kasih kepada akhi awang, yang telah repotmengalamatkane-mailnya ke saya.
Bahan bacaan yang dapat dijadikan rujukan
Ada beberapa literatur yang bisa dipakai dalam menjawab pertanyaandiatasseperti:Karya Abdurrahman Al Baghdadi (saya lupa judulnya, karena buku ini dibawaoleh adik saya ke Yogyakarta sebagai bahan pengajian di kampus ISIYogyakarta)tetapi secara garis besar buku ini membahas masalah Seni dalam Islam.
Karya Abu Bakr Jabir Al Jazairi (diterjemahkan kedalam bahasaIndonesia denganjudul "Haramkah Musik dan Lagu)
Fatwa-fatwa Kontemporer Jilid 1 DR. Yusuf Qardawi.
Nash Al Qur'an yang diindentifikasikan mengharamkan lagu dan musik
Dan diantara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yangtidakberguna untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah tanpa pengetahuandanmenjadikan jalan Allahitu olok-olokan. Mereka itu hanya memperolehazabyang menghinakan. (Luqman :6)
Dari ayat di atas diambil kata "lahwul hadis" (perkataan yang tidakberguna) danmenurut para sahabat berarti nyanyian pernyataan ini didukung olehAbu Bakr Jabir Al Jazairi
Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat,mereka berpaling daripadanya......(Al Qashash:55)
Dari ayat ini nyanyian termasuk kategori "laghwu" (perkataan yangtidak bermanfaat)
Fatwa tentang musik dan nyanyian
Berdasarkan ayat diatas dan diperkuat oleh beberapa hadis,Al Jazairi mengeluarkan fatwa:"Nash-nash Al Quran dan As Sunah secara umum mengharamkanlagu dan permainan, karena hal ini menurut karakterdasarnya akan memalingkan manusia dari jalan Allah"
"Lahwul hadis" dan "laghwu" adalah perbuatan setan sehingga nyanyiandan lagu adalah perbuatan yang menghalangi manusia dari mengingatAllah dan shalat.Lagu dan nyanyian dalam konteks ini dapatdisejajarkandengan khamar dan berjudi.Lihat surat Al Mai'dah :91 (judi dan khamarmenghalangi manusia dari mengingat Allah dan shalat)
Menanggapi hal ini Dr Yusuf Qardawi memberikan fatwa:
Dari berbagai pendapat tersebut , saya cenderung untuk berpendapatbahwa nyanyian adalah halal, karena asal segala sesuatu adalah halalselama tidak ada nash shahih yang yang mengharamkannya. Kalaupun adadalil-dalil yang mengharamkan nyanyian, adakalanya dalil itu sharih(jelas) tetapi tidak shahih, atau shahih tetapi tidak sharih.
Surat Luqman :6 yang dijadikan dalil oleh para sahabat dan tabi'in untukmengharamkan nyanyian ditolak oleh Ibnu Hazm dalam kitab Al Muhalla:Ayat tersebut tidak dapat dijadikan alasan dilihat dari beberapa segi.pertama :tidak ada hujah bagi seseorang selain Rasullullah sawkedua :pendapat ini telah ditentang oleh sebagian sahabatdan tabi'in yang lainketiga :nash ayat ini justru membatalkan argumentasi mereka,karena didalamnya menerangkan klasifikasi tertentu.
Penggunaan Surat Al Qashash:55 tidak tepat untuk mengharamkan nyanyiankarena makna zahir "al laghwu" dalam ayat ini ialah perkataan tololyang berupa caci maki dan cercaan, dan sebagainya, seperti yang kitalihat dalam lanjutan ayat tersebut.
Kesimpulan
Berdsarkan dari beberapa pandangan diatas dan telaah hadis nabi SAWbaik yang melarangdan menghalalkan nyanyian dan musik saya cenderungpada fatwa DR. Yusuf Qardawi. Coba kita bayangkan dunia tanpa musikapa yang akan disiarkan oleh radio dan TV. Kita tidak bisa menikmatialunan melodi azan, karena azan merupakan satu karya musik.
Prinsip MUDHARAT-MANFAAT yang ditawarkan akhi Awang adalah jalan tengahyang patut kita amalkan dalam menghadapi syair-syair lagu yang sesat.Perlu juga dingat syair-syair lagu bukanlah satu karya musik tetapilebih dekat kearah karya sastra.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb
Melakar Strategi Bagi Mempopularkan Muzik 'HALAL'Gerakan dakwah bukan hanya berperanan untuk melakukan amar makruf dan nahi munkar tetapi ia juga harus berperanan untuk mengemukakan alternatif yang lebih baik bagi mengganti satu kemunkaran dan menyelesaikan masalah manusia.Salah satu daerah yang memerlukan alternatif dan penyelesaian dari Islam ialah daerah hiburan atau lebih khusus musik dan nyanyian.
Menghukum musik hari ini sebagai haram secara umum sahaja tidak memadai kerana hakikatnya naluri manusia secara semulajadi memerlukan hiburan sede-mikian dalam hidup. Persoalan yang lebih penting ialah apakah alternatif bagi musik popular hari ini? Jika alternatif sedemikian wujud bagaimanakan ia dapat dimasyarakatkan kepada manusia umumnya - merentas batas bangsa, geografi, ugama dan budaya. Merentas batas-batas yang dinyatakan tadi bermaksud ia tidak hanya diterima oleh umat Islam atau bangsa Melayu sahaja tetapi juga diterima oleh bangsa-bangsa lain sebagaimana populariti rentak-rentak dan konsep musik seperti rap, rock dan blues.Nasyid Sebagai Satu Alternatif?Mungkin ada yang berpendapat bahawa alternatif telah pun ada iaitu musik rentak nasyid yang sebagaimana yang dipopularkan oleh Raihan, Rabbani dan pelbagai kumpulan nasyid yang lain.Jika pandangan ini diterima, maka timbul pula persoalan bagaimana untuk menjadikan ia popular sepopular rentak-rentak dan konsep musik moden hari ini?Jelas sekali bahawa nasyid walau pun semakin popular dibanding dahulu tetapi popularitinya terhad pada segmen tertentu dalam masyarakat iaitu di kalangan mereka yang telah mempunyai kesedaran Islam. Jika dilihat di rantau ini pula, ia hanya popular di kalangan masyarakat Melayu sahaja. Masyarakat Cina tidak mendengar nasyid. Bahkan tiada nasyid dalam bahasa Cina, India dan tidak banyak pula dalam bahasa Inggeris.Satu aspek lagi ialah rentak nasyid hakikatnya hanyalah satu rentak dan konsep musik. Ia tidak mungkin dapat memenuhi cita rasa semua manusia. Ertinya tidak mungkin semua manusia dapat menggemari nasyid sebagai bahan hiburannya kerana manusia secara semula jadi mempunya kepelbagaian cita rasa dan selera. Oleh itu, rentak nasyid hanya sesuai menjadi salah satu rentak alternatif tetapi tidak memadai untuk menjadi satu-satunya alternatif bagi musik moden hari ini.Menetapkan nasyid sebagai satu-satunya alternatif musik yang boleh digunapakai bagi umat Islam dan bagi pilihan manusia hanya akan menjadikan hiburan Islam terus berada dipinggiran sahaja.Jika kita teliti musik moden hari ini kita akan dapati bahawa ia dipenuhi dengan pelbagai konsep dan rentak yang berbeza. Ini adalah disebabkan pencipta musik di Barat khususnya memahami kepelbagaian selera manusia. Setiap rentak itu diutarakan bagi memenuhi segmen-segmen tertentu dalam masyarakat. Sehingga akhirnya setiap segmen masyarakat tidak terlepas dari pengaruh musik Barat ini dengan segala nilai negatif yang dibawa olehnya.Strategi BaruSatu strategi bagi mengemukakan alternatif musik ialah dengan memanfaatkan lagu-lagu yang telah sedia ada dipasaran atau yang dihasilkan oleh pencipta lagu yang sedia ada.Ini dilakukan dengan memilih lagu-lagu yang mempunyai mesej yang baik dan secara terancang mempopularkan lagu-lagu jenis ini. Selain itu masyarakat juga dididik untuk cenderung dan berminat kepada lagu-lagu yang mempunyai mesej yang baik dari pelbagai.Strategi didasari pada kefahaman bahawa walau pun secara umumnya lagu-lagu hari ini banyak yang bersifat hedonisme seperti memuja wanita, mempromosi cinta bernafsu dan memaparkan akhlaq yang keji, namun tidak patut dinafikan bahawa terdapat juga lagu-lagu yang mempunyai senikata yang baik dan berirama yang menyentuh perasaan seperti lagu Wonderful World oleh Kennie G, Heal The World oleh Michael Jackson dan Perjalanan Hidup oleh Ramli Sarip.Turut mendasari strategi ini ialah walau pun lagu-lagu berkenaan mungkin akan dipertikaikan oleh sebahagian pihak keharusannya di sisi Islam, namun ia hakikatnya adalah satu isu yang dikhilafkan oleh ulama. Mempopularkan lagu-lagu sedemikian dan mendidik masyarakat untuk cenderung kepada lagu sedemikian yang wujud dalam pelbagai bentuk dan irama sesuai dengan kepelbagaian selera manusia dilakukan sebagai satu tahap dakwah sebelum mencapai kesempurnaan yang dimahukan.Lagu-lagu ini walau pun mungkin dikatakan sebagai ‘syubhat’ oleh setengah-setengah pihak, namun ia lebih baik dari jika masyarakat umum mendengar lagu-lagu yang jelas haramnya. Ini sejajar dengan konsep membolehkan mudarat yang lebih ringan dan prinsip tadarruj (berperingkat) dalam dakwah. Prinsip sebegini pernah digunakan oleh Imam Ibn Taimiyah untuk membiarkan askar-askar Monggol minum arak hingga mabuk kerana dalam keadaan sedemikian, askar-askar berkenaan tidak akan membunuh dan menyiksa penduduk awam.Strategi ini dikemukakan bukan atas tujuan untuk meringankan-ringankan hukum agama dikalangan umat Islam tetapi ia dilakukan bagi memenuhi realiti masyarakat umum yang terdiri dari orang awam Islam dan masyarakat bukan Islam.Dengan melaksanakan strategi ini, pilihan bagi alternatif kepada musik dan lagu yang merosakkan menjadi lebih banyak dan sumbernya tidak terhad dari kumpulan-kumpulan nasyid semata-mata. Ini mungkin memberi lompatan berganda (quantum leap) dalam usaha mengemukakan lagu-lagu alternatif dan mengelakkan gerakan dakwah dari reinventing the wheel.Walau bagaimana pun, adalah diakui bahawa untuk melaksanakan strategi ini memerlukan semacam garis pandu yang meletakkan batas-batas minima dalam memilih lagu-lagu ‘halal’ untuk masyarakat umum agar ia tidak terpesong atau disalahgunakan.Dasar-dasar Dalam Memilih Pandangan Ulama Bagi Menetapkan Batas-batas MinimaDalam memilih pandangan ulama bagi menetapkan batas-batas minima keharusan muzik, lagu dan nyanyian dalam Islam, dasar-dasar berikut dijadikan asas.1. Mengiktiraf bahawa ini adalah persoalan yang dikhilafkan oleh ulama. Rujuk artikel mengenai pandangan ulama dalam persoalan musik dan nyanyian dalam ruang Fokus, At-Takwin edisi ini.2. Memilih pandangan ulama yang muktabar dari segi kemampuan ijtihadnya dan kekuatan tsiqah (kredibiliti) di kalangan Ahli Sunnah Wal Jamaah walau pun pandangan itu bukan pandangan yang dipegang oleh majoriti ulama atau bukan pandangan yang popular.3. Mengambil kira bahawa sasaran utama projek ini ialah masyarakat awam secara umum tanpa kira agama dan bangsa.4. Membezakan antara persoalan mubah, wara’ dan afdal.5. Asal hukum bagi segala perkara yang bukan berkaitan dengan ibadat khusus dan aqidah adalah haram kecuali ada dalil yang menghalalkannya.6. Sebagaimana niat yang baik tidak menghalalkan cara, cara yang baik juga perlu diikuti dengan niat yang betul - ikhlas.7. Hiburan adalah harus dalam Islam. Ini didasarkan pada hadits Aisyah yang mendengar nyanyian dua gadis di rumah Rasulullah s.a.w, perbuatan para sahabat yang bernasyid semasa mengorek parit pertahanan Madinah dan perbuatan Rasulullah s.a.w yang membawa Aisyah melihat tarian hamba Habsyi.8. Hiburan hendaklah dijadikan sebagai alat bukan matlamat. Hiburan adalah alat untuk mendidik, merihatkan diri, membina silaturrahmi dan lain-lain yang harus dan dianjurkan oleh Islam. Ini adalah kerana matlamat hidup manusia ialah untuk memperhambakan diri pada tuhan bukan untuk mempertuhankan hiburan. Kemuncaknya ialah hiburan adalah sebahagian dari ubudiyah kepada Allah taala atau jalan yang menuju pada ubudiyah. 9. Muzik, lagu dan nyanyian adalah harus dalam Islam. Walau bagaimana pun, ia tertakluk juga dengan dasar-dasar hiburan yang dinyatakan di atas.Dasar-dasar & Batas-batas Minima Yang Boleh DitetapkanBerdasarkan perkara di atas, dicadangkan dasar-dasar dan batas-batas minima berikut bagi menentukan musik dan lagu ‘halal’ bagi masyarakat awam;1. Hiburan tidak boleh mengandungi apa yang diharamkan oleh Allah taala atau menjurus kepada yang haram seperti:• memuja wanita.• mendedahkan aurat.• menggalakkan pergaulan bebas.• mengandungi kata-kata yang membawa kekufuran seperti memuja syaitan dan mempropagandakan kepercayaan agama lain.• memuja dadah dan arak.• mengandungi khayalan-khayalan yang tidak bermanfaat seperti khayalan cinta.• menghina amalan-amalan Islam.• memfitnah orang.2. Hiburan dipersembahkan dengan menepati adab-adab yang telah ditetap oleh Islam.3. Hiburan hendaklah tidak menyebabkan pengabaian sesuatu yang lebih penting berdasarkan prinsip penentuan prioriti dalam Islam seperti berhibur hingga terlupa bersolat dan terlalu tenggelam mendengar muzik sehingga tidak membaca Al-Quran. 4. Hiburan bukanlah alternatif pada amalan ibadat khusus tetapi pendorong padanya.5. Hiburan hendaklah menjauhi dari unsur menyerupai penganut agama lain atau golongan yang berakhlaq rendah kerana Islam sentiasa menuntut umatnya agar menyalahi amalan penganut agama lain dan menjauhi dari dikaitan dengan akhlaq-akhlaq yang keji. Ini dapat dilihat dari larangan bersolat selepas solat Subuh dan selepas Asar kerana menjauhi amalan penyembah matahari dan amalan berpuasa sembilan dan sepuluh Muharram kerana menyalahi amalan orang Yahudi yang berpuasa pada sepuluh Muharram sahaja.Sebagai contoh ialah berambut panjang. Walau pun tiada dalil khusus yang melarang orang lelaki berambut panjang tetapi oleh kerana ia telah menjadi simbol para penyanyi Rok yang dikeji oleh Islam maka ia perlu ditinggalkan.6. Semua alat muzik adalah harus kecuali ia digunakan untuk sesuatu yang haram atau menjurus pada yang haram atau sebab-sebab sampingan yang lain yang diharamkan. Ini berdasarkan pada pandangan Ibn Hazm yang berpendapat bahawa dalil-dalil mengenai pengharaman alat-alat bertali dan tiupan adalah lemah.7. Tertakluk pada dasar-dasar hiburan, nyanyian oleh wanita adalah harus. Ini berdasarkan pada pendapat bahawa suara wanita bukan aurat.8. Penyanyi wanita hendaklah menjaga batas-batas hijab atau tidak berjoget atau berlenggang lenggok secara mengghairahkan.9. Hukum nyanyian dan lagu juga berkaitan dengan konteks ia disampaikan. Lagu bertemakan cinta, jika dinyanyikan untuk memuja wanita dan berkhayal ia membawa pada haram tetapi jika ia dinyanyikan untuk isteri atau suami bagi mengeratkan lagi kasih sayang maka ia dibenarkan. Ini termasuk di bawah kaedah Al-Umur Bi Maqasidiha.10. Begitu juga lagu-lagu yang bersifat abstrak atau kiasan, keharusannya bergantung pada bagaimana ia ditafsirkan. Sekiranya pentafsirannya menjurus pada haram maka ia menjadi haram dan sebaliknya.KesimpulanApa yang dinyatakan bukanlah satu fatwa. Penulis tidak bermaksud untuk menda-hului Jawatankuasa Fatwa atau para ulama dalam hal ini. Ia hanyalah satu bahan pemikiran untuk pertimbangan semua pihak. Apa yang dinyatakan di atas juga bukanlah satu perkara baru tetapi ia sebenarnya telah dinyatakan oleh ulama besar sejak dahulu lagi. Penulis hanya menge-mukakan semula perkara ini.Adalah diakui pelaksanaan strategi ini akan mengundang kritikan dan kontroversi. Melaksanakannya sebenarnya menuntut keberanian dan kecekalan. Mungkin dalam memulakannya kita akan tersilap. Namun kita harus berani menghadapi risiko ini atau langkah kita dalam bidang ini tidak akan ke mana-mana.Kita berharap usaha ini termasuk dalam usaha yang kalau pun kita tersilap di dalamnya kita diberi satu pahala dan jika benar kita mendapat dua pahala.Sesungguhnya manusia yang melakukan kesilapan tidak tercela. Ia hanya tercela jika tidak mengakui dan kembali dari kesilapannya. Cara termudah pula untuk tidak melakukan kesilapan adalah dengan tidak melakukan apa-apa. Namun apa pula jawaban kita kepada Allah tala apabila ditanya tentang usaha kita dalam persoalan ini?
Muhammad Haniff HassanPenulis adalah Pengurus Sekretariat PERDAUS
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment